Rafflesia tumbuh di beberapa tempat, di antaranya Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS),



Bukan Bunga Bangkai, Tidak Terpublikasi
Bunga rafflesia arnoldi dalam bahasa latin disebut rafflesia sp, merupakan bunga langka yang sangat unik.
Tanaman ini hanya dapat tumbuh jika ada tanaman inangnya yaitu family liana sp. Tumbuhan ini memiliki sifat parasit obligat. Artinya, dia benar-benar bisa tumbuh karena menghisap nutrisi dari tanaman inangnya. Karena merupakan spesies endemik, maka hanya daerah tertentu yang mungkin bisa ditumbuhi tanaman ini dan tidak terpublikasi.

Penyebaran terbanyak rafflesia di daerah Bengkulu dan sekitarnya. Terutama daerah hujan tropis. Sejumlah laporan menyebutkan, patma raksasa ini tumbuh di beberapa tempat, di antaranya Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Padang Guci, Kabupaten Kaur dan Pusat Pelatihan Gajah (PLG) Seblat di daerah Bengkulu Utara. Namun, Sumatera Ekspres berhasil menemui warga yang pernah melihat dan mengetahui bunga rafflesia pernah tumbuh di Sumatera Selatan (Sumsel), tepatnya di Bukit Pelajaran, Kecamatan Jarai, Kabupaten Lahat yang masuk dalam kawasan Suaka Margasatwa (SM) Gumai Pasemah. Bahkan, keberadaan bunga ini di bukit tersebut tidak seperti di daerah asalnya di Bengkulu. Bunga rafflesia ini berbentuk hamparan. Dimana, ada puluhan bunga baik yang berukuran kecil maupun besar.
Warga setempat pernah melakukan penelusuran jejak hamparan bunga rafflesia di bukit tersebut, yaitu Brosno (53). Dia mengaku awalnya hanya rekreasi bersama temannya Wandi (36), ke Bukit Pelajaran. Mereka memang biasa melakukan kegiatan tersebut untuk melepaskan penat dari aktivitas sehari-hari. “Kadang, dua minggu sekali kami selalu menyempatkan untuk masuk hutan, jalan-jalan, dan mencari sesuatu yang unik,” kata Wandi.
Tahun 2009 lalu, Brosno melakukan pendakian dan sempat tersesat. Lalu, Wandi yang berasal dari Bengkulu melihat bunga yang tak asing lagi di matanya. “Saya tahu kalau itu bukan bunga bangkai, tetapi bunga rafflesia arnoldi,” ujar Wandi. Namun, yang membuatnya heran, bunga tersebut tumbuh berdiri berjajar seperti membentuk sebuah hamparan atau kebun, mulai dari yang berukuran kecil sebesar sawi hingga ukuran besar dengan diameter 50 cm sampai 100 cm. “Dimana pun termasuk di Bengkulu, belum ada bunga rafflesia sekambangan (sebanyak,red) itu,” kenangnya.
Jumlah bunga rafflesia berukuran besar saat ditemukan Wandi saat itu mencapai puluhan. Belum lagi ukuran kecil, yang masih belum mekar jumlahnya bisa mencapai ratusan. Temuan ini langsung diabadikan dengan menggunakan kamera handphone (hp). Karena penasaran dengan hamparan tersebut, Wandi, Marlis, dan Brosno secara bergantian melakukan perjalanan ke lokasi untuk memantau perkembangan bunga tersebut.
Dari pantauan mereka, bunga yang berada di sekitar lokasi tersebut hanya mampu hidup paling lama tiga bulan. Namun, bunga tersebut juga tumbuh secara berkala. “Kalau yang besar mati, yang kecil akan tumbuh besar. Begitu seterusnya tanpa pernah berhenti,” terang Brosno yang juga penyuluh pertanian di desanya itu.
Sambung Wandi, umur dari bunga rafflesia yang tumbuh di Jarai lebih pendek jika dibandingkan bunga yang berada di Bengkulu. “Mungkin saja karena makanan yang terkandung di tempat parasitnya sedikit dan tidak sesuai dengan kebutuhan bunga-bunga tersebut. Karena pasokan makanan yang sedikit sementara bunga yang ada banyak, umur bunga tersebut relatif pendek,” beber pemilik kursus Bahasa Inggris di Kecamatan Jarai itu.
Ia menambahkan, saat musim penghujan merupakan saat yang tepat untuk melihat bunga rafflesia karena bunga tersebut dalam kondisi sedang mekar dengan lima kelopak yang terbuka. Jika dalam kondisi mati, bunga tersebut layu seperti kerupuk yang disiram air. “Warnanya pun sudah tidak merah lagi namun berangsur kehitaman. Tapi pada musim basah (musim hujan,red) seperti saat ini, pasti bunga rafflesia lebih banyak tumbuh,” tuturnya.
Brosno dan Wandi berharap keberadaan hamparan rafflesia dapat diketahui oleh semua warga Sumsel maupun nasional. Sehingga desa tempatnya tinggal sekarang bisa dikenal oleh masyarakat. “Kami berharap bisa menjadi daerah pariwisata juga seperti Pagaralam sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan penduduk dari kunjungan wisata,” pungkasnya.
     Terpisah, Bupati Lahat H Saifudin Aswari Rivai SE, mengaku belum mendapatkan laporan mengenai tumbuhnya bunga rafflesia jika memang ada penemuan lokasi tumbuhnya bunga raflesia yang luas menyerupai sebuah taman. Akan tetapi, hal ini jelas akan segera dicari tahu melalui dinas terkait. “Ini aset, selama ini memang seringkali ada temuan rafflesia di kawasan Lahat. Namun untuk seluas taman, belum ada laporan. Ini jelas sayang,” ungkap Aswari belum lama ini kepada Sumatera Ekspres.
     Dilanjutkannya, pihaknya saat ini memang sedang fokus membangun sektor kepariwisataan yang ada. Megalitikum, air terjun, taman rekreasi, apalagi rafflesia jelas jadi prioritas. Fasilitas, sarana, dan prasarana penunjang akan kita upayakan pembangunannya. “Untuk sumber dana, selain menggunakan dana APBD, kita juga akan panggil investor di sektor ini sehingga pariwisata Lahat bisa dijual dan memajukan wilayah, termasuk potensi rafflesia,” papar Aswari lagi. (cj10/idi/war/ce4)



Asal Usul

     Bunga raksasa rafflesia arnoldi pertama kali ditemukan oleh ilmuan yang berasal dari Inggris, Thomas Stanford Raffles, dan ahli botani Arnol pada tahun 1818 di kawasan hutan di Manna, wilayah Bengkulu Selatan, sehingga bunga ini pun di beri nama rafflesia arnoldi. Rafflesia arnoldi banyak tumbuh pada kawasan hutan primer yang belum mengalami pengolahan lahan. Bunga rafflesia arnoldi tidak memiliki daun dan batang sehingga sulit juga untuk dikelaskan ke tanaman tingkat tinggi. Namun, bunga rafflesia arnoldi dapat dikatakan tanaman tinggi karena tanaman ini hanya memiliki bunga, tapi dapat menghasilkan biji.
     Tumbuhan ini endemik di pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan). Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini. Jenis ini bersama-sama dengan anggota genus rafflesia yang lainnya terancam statusnya akibat penggundulan hutan yang dahsyat. Di Pulau Jawa, tumbuh hanya satu jenis patma parasit, rafflesia patma.
     Bunga merupakan parasit tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak bertangkai. Diameter bunga ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga menghisap unsur anorganik dan organik dari tanaman inang tetrastigma. Satu-satunya bagian yang bisa disebut sebagai “tanaman” adalah jaringan yang tumbuh di tumbuhan merambat tetrastigma. Bunga mempunyai lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong.
     Di dasar bunga terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis kelamin bunga, jantan atau betina. Hewan penyerbuk adalah lalat yang tertarik dengan bau busuk yang dikeluarkan bunga. Bunga hanya berumur sekitar satu minggu (5-7 hari) dan setelah itu layu dan mati. Persentase pembuahan sangat kecil karena bunga jantan dan betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam satu minggu. Itu pun kalau ada lalat yang datang membuahi. (berbagai sumber/war/ce4)


Jangan Dirusak, Jaga Habitatnya  

Selain di Bengkulu, spesies bunga rafflesia sp juga tumbuh di Sumatera Selatan (Sumsel), persisnya di kawasan hutan Suaka Margasatwa (SM) Gumai Pasemah. Didi Supriadi, kepala Seksi Konservasi Wilayah II, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel mengatakan, bunga rafflesia yang ditemukan ini merupakan spesies yang dilindungi dan sama dengan yang tumbuh di Bengkulu.
Tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 7/1999, tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa, salah satu spesiesnya yaitu rafflesia arnoldi yang telah ditetapkan sebagai Puspa Langka Nasional melalui SK Presiden RI No 4/1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional. “Penemuan spesies bunga rafflesia yang tumbuh di Jarai, Lahat, itu awalnya didapat dari informasi masyarakat. Saat ini, bunga tersebut terus dipantau dan dilindungi agar tidak dirusak oleh orang yang tak bertanggung jawab,” terangnya.
Didi menambahkan, bunga rafflesia berbeda dengan bunga bangkai yang sering dikaitkan selama ini. Karena itu, bunga rafflesia merupakan tumbuhan yang sangat sensitif dan hanya dapat tumbuh pada habitat hutan yang masih utuh alami dan belum terganggu. Dengan demikian, upaya pelestarian rafflesia sp akan memberikan dampak terhadap kelestarian sumber daya alam hayati yang terkandung di dalam suatu kawasan.
“Medan untuk menuju ke habitat bunga rafflesia itu pun sangat sulit untuk dijangkau. Berarti, kawasan hutan suaka tersebut sangat terjaga kelestariannya. Saat ini, baru satu tempat di Sumsel yang diketahui, yaitu di kawasan SM Gumai Pasemah. Ke depannya, tetap terus menjaga kelestarian bunga tersebut karena inilah salah satu aset yang sangat berharga bagi Sumsel, terutama mengenai keanekaragaman flora di Sumsel,” pungkasnya. (gti/war/ce4)


Sempat Minta Dipublikasi

     Brosno (53) mengaku dulunya ia bersama Wandi pernah melaporkan temuan mereka kepada pemerintah setempat. Namun, ia kecewa karena respons yang mereka dapat terkesan meremehkan temuan tersebut. “Saya ingat betul kalau mereka (pemerintah,red) bilang ini hanya temuan biasa yang bisa ditemukan di negara lain,” katanya.
     Selama ini, sebagai warga desa, dirinya hanya bisa menjadi penonton keberhasilan Kota Pagaralam menjadi kota pariwisata. Dimana, kunjungan wisatawan setiap tahunnya semakin ramai. “Ini bukti pelajaran bisa jadi destinasi wisata yang unik jika dikembangkan,” ujarnya.
     Usaha lain juga pernah dilakukan dengan melaporkan penemuan tersebut ke Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat. Namun, harapannya untuk mempublikasikan bunga tersebut juga tidak terpenuhi. Sebab, pihak BKSDA hanya memantau hamparan rafllesia tersebut tanpa ada publikasi ke masyarakat.
     “Mereka hanya berkunjung dan malah menangkapi penduduk yang sedang mengambil kayu di areal tersebut. Kami bahkan dianggap mata-mata polisi hutan oleh warga karena telah menjadi penunjuk jalan,” ungkapnya.
     Sejak itu, dirinya pesimis untuk bisa mempublikasikan penemuan mereka tersebut. Tinggal keinginannya sekarang yaitu bagaimana hamparan bunga rafflesia tersebut dapat terus hidup dan bertahan. “Kami yakin pada akhir-akhir tahun seperti saat ini, rafflesia terus tumbuh. Kami sudah tidak pernah lagi naik ke bukit karena sudah takut akan dianggap mengganggu ekosistemnya. Kami hanya berharap keberadaan bunga rafflesia tetap ada di Bukit Pelajaran tersebut,” tukasnya. (cj10/ce4)

Spesies Langka

    Ahli Biologi Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof Dr Zulkifli Dahlan mengatakan, bila memang di Sumatera Selatan (Sumsel) terdapat bunga rafflesia, maka ekosistemnya harus dijaga. “Karena rafflesia hidup bersimbiosis melalui akar pohon di sekitarnya. Selain itu, bunga rafflesia termasuk spesies langka dan dilindungi,” ujarnya.
Bunga rafflesia sp merupakan genus tumbuhan bunga parasit. Rafflesia hidup di hutan hujan di kawasan daerah bukit ataupun pegunungan. Terdapat beragam spesies dari bunga rafflesia ini. Yang jelas, rafflesia berbeda dengan bunga bangkai yang sering dianggap masyarakat sama. “Rafflesia tidak bisa hidup di semberang tempat. Berbeda dengan bunga bangkai yang sering kita temukan. Kalau memang di Sumsel ada bunga rafflesia, maka harus dijaga kelestarian tanamannya beserta ekosistemnya,” jelas dosen MIPA Biologi itu.
Rafflesia sendiri tidak memiliki batang, daun, ataupun akar yang sesungguhnya. Rafflesia merupakan endoparasit pada tumbuhan merambat dari genus tetrastigma (famili vitaceae), menyebarkan haustoriumnya yang mirip akar di dalam jaringan tumbuhan merambat itu. Satu-satunya bagian tumbuhan rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima.
 Bunganya tampak dan berbau seperti daging yang membusuk. Karena itulah ia disebut bunga bangkai atau bunga daging. “Kalau bunga bangkai yang sering ditemukan, itu namanya amorphophallus. Sedangkan amorphophallus dan rafflesia berbeda famili,” pungkasnnya. (gti/war/ce4)






Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF & KREATIF Serta langkah-langkahnya

CONTOH PROGRAM PERBAIKAN & PENGAYAAN SESUAI DENGAN KURIKULUM 2013

RIAK GELOMBANG DIBALUT LARA oleh Helma herwati