SI KECIL PEMBERANI
* Aku terkejut, jantung ku bergetar sangat kaut, tubuhku terkulai lemas, saat aku mendengar berita itu*
Sebuah perkampungan yang sangat damai, ramah lingkungan, tanpa listrik, tanpa androit, tanpa elektronik kampung itu di sebut dusun lahik impik, yaitu gang yang sempit penuh makna.
Di sini terdapat sebuah rumah kayu yang sangat sederhana berukuran 6x6m, namun cukup untuk keluarga kami,
Keluarga kecil yang terdiri ayah (Abak) ibu (Mak) dan 3 anak perempuan yang masih kecil, Aku (Een) putri sulung yang berusia 11 th, kelas 5 SD, Yeni putri ke-2 berusia 4 th dan maya putri bungsu berusia 1,5 th.
Kami kakak beradik ini hidup rukun, saling menyayangi, walaupun dengan faslitas yang serba sederhana namun kami selalu bahagia.
Aku sangat menyayangi adik ku,
Aku rela melakukan apa saja demi masa depan kedua adikku,
Setiap hari Yeni dan Maya duduk di tangga menunggu aku pulang sekolah,
Aku pulang berjalan kaki,
Tanpa rasa letih aku langsung memeluk dan mencium Yeni dan Maya secara bergantian, lalu Maya mengusap wajah ku yang kusam dengan jemarinya mungil dan lembut, kami tertawa riang gembira.
Yenni membuka tas sekolah ku, karena Ia tau selalu ada oleh-oleh yang dibawa untuk dirinya dan maya, ada kue atau mainan.
Aku membeli kue dari uang jajanku pada hal diri sendiri masih kekurangan jika di banding dg uang jajan teman-teman, jika aku tidak memiliki uang, namun aku tetap bawakan oleh-oleh untuk adikku seperti mainan yang dibuat sendiri dari kertas ataupun bahan lain nya.
Setelah berganti pakaian sekolah, kami makan bersama, walau dengan menu seadanya kita bertiga tetap bahagia.
Kami menunggu abak pulang dari balai, beliau selalu membawa oleh-oleh jajanan pasar dll
Abak adalah seorang pedagang kaki lima yang berjualan di pasar kalangan/mingguan, setiap hari Jum'at, Sabtu, Minggu, Senin dan Selasa dengan tempat yang berbeda sedangkan Mak adalah ibu rumah tangga biasa yang kesehariannya hanya di rumah saja, mengurus kebutuhan keluarga seperti memasak, mencuci dll, dengan kata lain Mak tidak ikut mencari uang.
***
"Aku terkejut, jantung ku bergetar sangat kaut, tubuhku terkulai lemas, saat aku mendengar berita itu"
Aku baru pulang sekolah, baru saja ambil piring mau makan, paman ku (saudara sepupu mak) datang ke rumah, memberi kabar bahwa "abak dipukuli massa di pasar, dan sekarang sudah berada dikantor polisi".
Tanpa pikir panjang, aku bangkit dan berlari ke jalan raya, ingin segera bertemu abak, Aku melambaikan tangan menyetop sebuah angkutan umum, mobil Datsun itu berhenti, aku langsung naik, mobil melaju membawa aku ke kantor polisi dengan jarak sekitar 16 km dari rumah kami.
Tiba di kantor polisi, aku melihat abak yang sudah babak belur akibat dipukuli masyarakat yang main hakim sendiri, wajah abak babak-blur, warna merah bercampur hijau dan biru, sekujur tubuh beliau juga penuh dengan bekas pukulan warga.
Bergetar sekujur tubuh melihat kondisi abak, Lalu ku peluk abak dan kucium pipi yang bengkak itu. Aku menangis di pangkuan abak.
Sambil berdoa, Ya allah ... berikan kami kesabaran dalam menerima cobaan Mu.
***
Sehari sebelum kejadian itu, abak berangkat dari rumah dengan membawa barang dagangan yaitu kelapa tua yang masih bulat, pada zaman itu belum ada mesin parutan kelapa, maka kelapa tua di jual dalam bentuk kelapa utuh.
Abak dan kawan kawan berjalan kaki sejauh 40 km menuju pasar Kayu Aro, melewati jalan tanah yang penuh batu-batuan dan kerikil tajam, posisi Mendaki dan menurun serta berkelok-kelok di sela-sela pergunungan.
Abak berangkat bersama teman2 seperjuagan, sama-sama pedagang dengan berbagai macam barang, ada yang membawa hasil pertanian, hasil laut dan alat-alat rumah tangga,
Barang dagangan di angkut menggunakan mobil khusus untuk barang, sementara para pedagang berjalan kaki mengiringi mobil tersebut, kadang-kadang mobil itu perlu di dorong pada jalan yang mendaki dan pasang ganja pada jalan yang menurun.
Rutinitas ini sudah ditekuni selama bertahun-tahun, Setiap hari kamis mulai persiapan membeli barang dagangan (kelapa tua) pada pedagang yang berasal dari daerah Tapan sumatera barat, kemudian barang yang sudah di beli itu di pindahkan ke mobil lain untuk di bawa ke pasar kalangan, sore hari nya para pedang mulai berjalan kaki mengiringi mobil pengangkut barang dagangan menuju pasar kayu aro tak ubah nya seperti kapilah Arab pada zaman Rasullah.
Kapilah tiba di lokasi pasar pada malam hari sekitar pukul 23.00 wib kegiatan jual-beli dimulai pada pagi hari jum'at sekitar pukul 05.00 wib
Dari pukul 23.00 menjelang pagi, para pedagang mencari tempat tidur/istirahat masing masing, ada yang menumpang di rumah makan, ada yang menumpang di rumah saudara, kenalan atau kerabat, sedangkan abak dan 2 temannya tidur di emperan toko.
Nasib naas itu datang menimpa abak, tepat pukul 02.00 dini hari, toko itu dimasuki pencuri, ketika pemilik toko itu berteriak maling, dengan sigap pencuri itu lari tungang langgang, tanpa membawa apa-apa karena belum sempat mengambil barang sudah ketahuan pemilik toko.
Mendengar teriakan itu, abak terbangun, dan warga berdatangan, abak berdiri di tempat dalam keadangan bingung seseorang yang dikenal langsung memukuli abak dan diikuti oleh warga yang lain, tanpa bertanya siapa, dari mana dan mengapa berada di tempat ini, mereka main hakim sendiri, mereka mengira abak pelakunya abak pelaku pencurian itu. Itulah sebabnya abak dipukuli dan diamankan kekantor polisi.
****
Di rumah Mak memeluk kedua adik ku, sambil menangis tersedu-sedu, memikirkan bagaimana nasib kami kedepannya, kami sekeluarga butuh makan dan abak yang sekarang berada dalam tahanan polisi juga butuh makan, yang harus diantar setiap hari karena disana tidk diberi makan,
Aku hampiri Mak, ku ucap air mata Mak sambil berkata "Mak jangan menangis..., Een janji akan membantu Mak" mencari uang dan mengurus adik-adik.
Sejak abak ditahan polisi, sejak itulah rutinitas harian ku jadi berubah 180 derajat, biasanya abak berjualan mencari uang untuk kebutuhan keluarga, Sekarang mak yang mengambil alih tugas abak, aku yang mengambil alih tugas mak.
***
Pada awalnya kami mencoba berjualan di depan rumah, jualan ketupat sayur, kadang sayur pakis, buncis, nangka muda dan kerupuk cabe makan favorit anak-anak seusia ku pada waktu itu,
aku pergi ke rumah Etek (Tante) Pasah pengrajin kerupuk dengan berjalan kaki sejauh 2km.
Etek...! "Aku ingin berjualan kerupuk tapi aku tidak punya uang untuk modal",
Setulus hati beliau menjawab "oh, tidak apa-apa, Een boleh membawa kerupuk dulu, bayarnya nanti setelah kerupuknya habis terjual"
Terima kasih, tek
Kemudian aku melanjutkan perjalan silaturrami ke rumah etek (Tante) Munah, beliau pembuat ketupat sayur, para pedagang banyak yang beli ketupat sayur untuk di jual eceran, aku bergabung bersama orang dewasa, hanya aku sendiri anak kecil, duduk di sudut ruangan paling belakang , dengan malu-malu ku mengungkapkan tujuan kedatangan ku, "aku ingin berjualan ketupat tapi aku tidak punya uang" dengan murah hati, beliau menjawab "Een bawa saja dulu, ketupatnya, bayar nanti setelah habis terjual. Baik lah Tek, terimakasih.
***
Petang hari cahaya senja mulai menguning di ufuk barat, hari yang senja akan berganti malam, sebelum suasana makin gelap, aku berjalan kaki sekitar 2 km, menuju rumah Etek pasah dan Etek Munah untuk mengantarkan uang hasil jualan kerupuk dan ketupat, kemudian mengambil kerupuk dan ketupat lagi untuk jualan besok pagi.
***
Aku bangun sebelum subuh, udara masih terasa dingin, aku ke dapur membantu Mak memanaskan sayur/gulai ketupat dan kuah kerupuk, dilanjutkan dengan memasak nasi dan lauk untuk abak,
Setelah siap makanannya lalu Aku masukkan ke dalam rantang 4 tingkat, 3 bagian diisi nasi untuk makan pagi siang dan malam, 1 bagian berisi lauk dan sayuran, lalu aku mandi dan berpakaian seragam sekolah, sebelum berangkat ke sekolah terlebih dahulu pergi ke tempat abak, mengantar makanan, pakaian dll.
Pada pukul 05.30 pagi aku sudah turun dari rumah, berdiri di pinggir jalan, menunggu mobil angkutan umum yang lewat, Begitu aku berdiri di pinggir jalan mobil itu langsung berhenti mengajak aku naik, numpang gratis, Karena sopirnya kawan Abak.
Setelah melewati 30 menit perjalanan, mobil itu berhenti tepat di depan gerbang kantor polsek, aku langsung turun dan bergegas menuju kamar kecil tempat abak di tahan, lalu memberikan makanan kepada abak, menunggu abak makan aku mengumpulkan pakaian kotor dan ku bawa pulang untuk dicuci.
Setelah abak selesai makan, aku mencuci piring dan membereskan semuanya, menyimpan makanan untuk siang dan sore hari, Setelah semuanya selesai aku pamit pulang dengan menumpang mobil angkutan yang lain sementara abak mengawasi aku dari balik jeruji besi.
Aku berdiri di pinggir jalan di depan pos polisi, jika sopir angkot melihat aku beliau langsung berhenti dan memanggil aku naik mobil lalu pulang ke rumah karena sopir itu banyak teman-teman abak, maka nya aku mudah mendapatkan tumpangan'
Tiba di rumah ku letakkan barang bawaan lalu ambil tas dan berangkat ke sekolah.
Pulang sekolah aku berganti pakaian dan makan, setelah itu duduk di depan rumah mengantikan Mak berjualan, aku tidak punya waktu untuk bermain bersama teman sebaya ku.
***
Dua pekan sudah berlalu, ternyata hasil penjualan ketupat dan kerupuk hanya mendapat sedikit keuntungan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kami sekeluarga, seperti membeli beras minyak, sayur dan lain-lain, Akhir nya kami sepakat "Mak berjualan di pasar kalangan (balai) seperti yang abak lakukan", tapi terkendala adik ku yang masih kecil, Maya baru berumur 1,5 tahun, Ia masih membutuhkan ASI, jika maya di ajak ke pasar tentu Mak tidak bisa berkerja hanya sebelah tangan, sambil mengendong Maya, jika ditinggal, Maya tidak ada yang jaga di rumah, perlahan aku berkata pada Mak,
"Mak gak usah bingung", kalau Mak ingin jualan di pasar silahkan, Biar Een yang ngurus adik"
kata Mak "Een kaan sekolah"
tidak apa-apa, Een bisa bawa adik ke sekolah dan menitipkan di rumah etek (Tante) dalam pekarangan sekolah, nanti pas jam istirahat Een akan antar Maya ke pasar untuk menyusu karena belum ada yang jual susu pormula, yg ada hanya susu Indomilk kaleng dan kami tidak mampu membeli nya.
Pada minggu ke-3 Mak mulai berjualan di pasar kalangan, namun hanya memilih pasar yang dekat saja yaitu pasar Siulak hari Senin, Siulak Deras hari Selasa dan Semurup pada hari Sabtu
***
Sang surya baru menampakkan sinarnya diupuk timur, suasana udara pagi yang masih dingin, aku Memulai aktivitas pada pukul 04.50 wib, Aku dan Mak bangun sebelum salat subuh, Mak langsung bersiap siap dan berangkat ke balai untuk berjualan, Sedangkan aku melakukan pekerjaan rumah, memasak nasi, lauk dan sayuran, untuk kebutuhan keluarga, mak dan adik , juga menyiapkan makanan untuk abak.
Kemudian aku membangunkan Yenni dan Maya, memandikan mereka berdua bergantian dan menyiapkan semua kebutuhannya, lalu menitipkan mereka berdua di rumah mak andak (kakak ibu) karena aku akan pergi mengantarkan makanan untuk abak, seperti biasa aku naik mobil memerlukan waktu sekitar 1 jam hingga kembali.
Tiba di rumah aku meletakkan bawaanku dan menjemput adikku yang aku titip pada mak andak,
Dik! ...ikut uni ke sekolah yaa? Karna mak andak mau bekerja di sawah, Yenni menganggukkan kepalanya, lalu ku gendong Maya dan ku pegang tangan Yenni kami berjalan ke sekolah bersama teman --teman ku, kadang ada teman yang membantu aku membawakan tas sekolah dan tas pakaian adik ku.
Tiba di sekolah aku titipkan adikku di rumah etek, beliau adik abak yang tinggal di perumahan penjaga sekolah karna suami beliau adalah penjaga sekolah dan beliau berjualan jajanan.
Tepat pukul 07.00 wib bel sekolah berbunyi bertanda waktu belajar sudah di mulai, semua murid-murid berjalan menuju ruang kelas kelas masing-masing.
Pukul 09.00 bell berbunyi tanda istirahat,
Pada waktu istirahat teman-teman ku asyik bermain di halaman sekolah, Sementara aku harus ke pasar mengantar adik ku Maya untuk mendapatkan ASI dari emak yang sedang berjualan di pasar. aku ke pasar naik andong/bendi, belum ada ajek atau grab.
Tiba di pasar bertemu Mak, adikku langsung disusui, sementara itu aku membantu mak melayani pembeli.
VSetelah merasa kenyang kadang maya tertidur lalu ku gendong dan ku bawa pulang, naik bendi lagi, tapi bukan ke rumah, aku langsung ke sekolah untuk melanjutkan pembelajaran.
Bendi berhenti depan sekolah, Turun dari bendi, Maya yang masih tertidur di pangkuanku aku titipkan kembali di rumah etek, di sana ada Yenni yang menunggu,
Gaek (nenek) membantu aku menyiapkan alas tidur buat Maya, ku letakkan Maya pelan-pelan, lalu ku dekap Yenni ke pangkuan ku, ku peluk dan ku cium, ku berikan kue pancung/gandos titipan Mak dari balai.
Setelah kedua adikku terkondisikan baru aku masuk ke ruang kelas untuk belajar.
Tok ... tok suara ketukan pintu, aku mengucap salam "Assalamualaikum" tak lama pintu kelas di bukakan ,
eeh Kamu En, masuk lah ... Sapa pak guru, pak Pauzi guru kelas ku, yg baik.
Beliau tersenyum dan menyusap kepalaku dengan penuh kasih, dengan suara yg lembut beliau bertanya, Een sudah pulang dari balai ?... sudah pak,
Mana Adik mu ?
Sudah tidur, pak.
Ohya... kamu boleh kerjakan tugas seperti teman-teman mu,
baik pak, terima kasih,
Aku merasakan kasih sayang beliau seperti orang tuaku, aku jadi tambah bersemangat.
lalu ku garap tugas sekolah ku dengan cepat.
Untungnya semua guru-guru baik dan juga teman temanku semua mengerti dan paham dengan kondisiku.
Tak terasa hari sudah siang, jarum jam sudah menunjukkan pukul 12.15, bel sekolah berbunyi tiga kali pertanda pembelajaran sudah berakhir murid-murid boleh pulang.
Teman-temanku berlarian langsung pulang sementara aku ke rumah etek.
Een... kamu mau kemana? Temanku Titi menyapaku, sambil mengikuti aku,
Aku ke rumah etek, Ti,
jemput adik ku,
aku ikut yaa?
Yaa.
Aku gendong Maya adik ku yang lucu, sedangkan Titi dan kawan-kawan membantu membawakan tas sekolah dan tas pakaian, sambil membimbing tangan Yenni, kami pulang bersama-sama.
Tiba di rumah, aku dan Yenni makan bersama, sambil menunggu mak pulang dari pasar.
Mata hari sudah mulai condong ke arah barat, menunjukkan sudah masuk waktu sholat Asar, Mak pulang dari pasar, Maya ku serahkan pada Mak, sementara Yenni bersama aku pergi ke sungai, mandi dan mencuci baju sekalian mencuci plastik bekas tempat jualan.
Begitu lah kegiatan ku setiap hari senin, selasa dan sabtu, namun ada sedikit perbedaan, yang mana pada hari selasa aku izin dari sekolah pukul 10.00 wib, mengantar maya ke pasar siulak deras, ini harus naik mobil sejauh 16 km, dan tidak bisa kembali kesekolah melanjutkan pelajaran.
Beda lagi dengan hari sabtu, pada hari ini murid kelas 5 pulang lebih yaitu pukul 11.00 wib, maka aku mengantar Maya ke pasar Semurup setelah pelajaran selesai yaitu pukul 11.00 wib, dengan naik mobil sekitar 4 km, dan bisa tenang membantu mak jualan, usai jualan kami pulang bersama-sama.
***
Pada hari Rabu, Kamis dan jumat aku bangun pagi seperti biasa memasak nasi lalu mengantarkan untuk abak, aku masak makan seadanya, tapi adik ku Yenny sering rewel karena Ia tidak suka makan ikan dan daging, Ia hanya suka telur bebek, masak dadar campur dengan kentang halus sudah di giling,
Pada hari ini aku tidak perlu menitipkan adikku pada Mak andak dan etek karena emak berada di rumah sambil berjualan ketupat sayur dan kerupuk cabe,
Hari minggu aku ajak Yenni ke tempat abak, karena abak sudah rindu, dan Yenni juga sering Tanya, "Uni abak kemana? Kenapa abak lama tidak pulang? Itu tandanya Yenni juga merindukan abak, setelah menyesaikan pekerjaan rumah, aku berangkat naik mobil.
Hari ini perasaan ku agak lega, hati ku sudah mulai enak melihat keadaan abak, luka-luka di badan sudah sembuh, abak tidak lagi berada di kamar yang sempit, abak boleh keluar ruangan duduk bersama polisi di pos jaga, karena selama dalam tahanan abak berprilaku baik, bersikap sopan maka beliau di beri keringanan, diizinkan kelauar ruangan, bermain di halaman kantor, kadang-kadang diberi pekerjaan oleh Kapolsek, seperti membersihkan rumput yang tumbuh di sekitar kantor, mengecat pagar, abak beri upah dan abak menitipkan pada ku untuk Mak beli beras,
Hari ini kami bermain di halaman kantor, ditemani oleh polisi yang piket saat itu, Yenni yang masih polos, tidak tau apa-apa tentu nya Ia bahagia bertemu abak, aku sendiri juga senang lihat Yenni bahagia.
***
Pada hari Minggu berikutnya,
En...! Kamu bisa masak ayam? Tanya pak Kapolsek,
"bisa pak".
Een mau masak?
Biar bapak potong ayamnya,
"Iya", pak
Lalu beliau memotong 2 ayam kampung, peliharaannya Mas jono, ponakan pak Kapolsek , beliau yang membersihkan bulu ayam dan aku menyiapkan bumbunya. Setelah masak kami makan bersama dan sisa nya dibungkus, dibawa pulang.
Satu bulan lamanya abak menjalani masa tahanan polisi, tiba waktu nya abak pindah menjadi tahanan kejaksaan.
Abak memberitahu aku "Nak!...mulai besok tidak usah ke sini yaa... tidak usah antar makanan karena abak akan dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan"
Sekarang abak menjalani tahanan jaksa di lembaga pemasyarakatan di kota Kabupaten.
Sejak itu rutinitas ku berkurang, aku tidak lagi mengantar nasi untuk abak karena sudah disediakan makanan ala kadarnya namun setiap berkunjung tetap aku bawakan.
Aku sedih tidak bisa bertemu dengan Abak setiap hari karena aku hanya bisa berkunjung pada hari libur,
Hari ini tanggal merah, hari libur nasional aku akn mengunjungi abak, seperti biasa, bangun pagi, masak, mencuci dan menyiapkan pakaian bersih untuk abak, aku berangkat pukul 08.00 wib, naik mobil angkot menuju kota Kabupaten.
Aku di antar pak sopir sampai di gerbang rumah tahanan, disana bertemu dengan polisi jaga/ piket.
Mau kemana Nak...?
mau mengunjungi abak,
ku sebutkan nama abak.
Oo tahanan yang baru dari Polsek ?,
Yaa,
Benar, Pak
Mana surat izin kunjungannya?
Tidak ada, pak,
Nak...! untuk masuk ke sana harus ada surat pengantar dari kantor kejaksaan,
"Jadi aku harus bagaimana" pak?
Kamu harus ke kantor kejaksaan,
Temui bagian administrasi, bilang minta surat izin kunjungan,
di mana tempatnya pak?
beliau menyebut kan nama daerah nya.
Kamu naik bendi dari sini minta antar ke kantor jaksa.
Tiba-tiba ada bendi yang lewat dan berhenti distop oleh bapak penjaga itu,
Pak ...! Tolong antarkan anak ini ke kantor kejaksaan,
ya pak , jawab kusir.
Naik lah Nak!, nanti dibayar rp200.
Sudah sampai Nak!
Kata pak kusir, itu kantornya, kamu masuk, bapak tunggu di sini, kata pak kusir,
Ternyata tidak ada pelayanan surat menurat pada hari libur,
Aku naik bendi yang sama kembali ke Lembaga pemasyarakatan. Akhirnya aku diizinkan masuk, di beri waktu Cuma 15 menit.
Agak lega rasa hati walaupun hanya 15 menit,
Hari Senin dan Selasa aku tidak bisa besuk abak, karena Mak berjualan di pasar dan aku harus mengantar Maya untuk menyusu.
***
Pagi ini cuaca kurang bersahabat, hawa dingin yang mencekam menusuk ke relung hati, semalaman hujan hingga pagi masih gerimis, aku menulis untuk pak guru, mohon izin pada wali kelas, hari ini aku tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah karena aku mengunjungi ada di sungai penuh,
Persiapan dari rumah membawa makanan untuk abak, naik angkot, turun di terminal oplet sungai penuh kemudian aku berjalan kaki ke kantor kejaksaan yang berjarak sekitar satu kilometer,
Karena aku hanya membawa uang pas untuk ongkos oplet PP Siulak- Sungai Penuh.
Ditengah perjalanan ke kantor jaksa, aku lelah aku istirahat di pinggir jalan dan minum air putih yang ku bawa dari rumah.
Sampai di kantor kejaksaan aku bertanya pada petugas piket di pos jaga
Pak...! di mana tempat minta surat izin berkunjung ke lembaga pemasyarakatan.
Oh... Saya antar, Tiba di ruangan aku mengatakan pada pegawai sana bahwa aku akan berkunjung ke lembaga teh masyarakatan,
Petugas itu bertanya.
Kamu sendirian ?
Ya pak!...
Sambil mengeti surat dengan mesin ketik, beliau ngajak ngobrol dan banyak bertanya tentang aku.
Nama : ...
Nama ibu ...
Nama Ayah ...
Daerah asal...
Setelah surai itu selesai beliau berkata "surat ini berlaku untuk 3 x kunjungan.
Jika ingin besuk abak langsunga aja, tidak usah kesini lagi, dan beliau betanya:
"Naik apa kesini ?" saya menjelaskan Dari siulak saya naik oplet sampai terminal, dari terminal jalan kaki ke sini,
MasyaAllah... yang sabar ya Nak... Semoga ayah mu segera bebas dan pulang kerumah,
Sambil membimbing tangan ku,
Mari...! Bapak antar naik bendi, Tapi saya tidak punya uang pak, uang hanya 100 rupiah, pas untuk naik oplet nanti,
Bapak yang bayar.
Aku naik bendi ke Lembaga pemasyarakatan menempuh perjalanan sekitar 2 KM.
Sampai di gerbang aku menunjukkan surat izin kunjungan pada petugas.
Mari Nak... bapak antar menemui abak mu.
Alhamdulillah aku melihat muka Abak sudah agak cerah cerah.
Aku bertanya : Abak! "kenapa Abak dipindahkan ke sini? apa Abak berbuat kesalahan?"
Abak yang jawab "Tidak nak" abak tidak berbuat kesalahan tapi abak dipindahkan ke sini untuk mengikuti sidang, jika pada persidangan nanti pak jaksa menyatakan abak terbukti tidak bersalah dalam kasus ini maka pak hakim akan memutuskan bahwa abak sudah bebas dan boleh pulang.
Mendengar itu aku jadi pikiran, aku bertanya pada abak,
jaksa itu apa? itu hakim apa?
Abak "jaksa adalah orang bertugas sebagai penuntut umum pada persidangan sedangkan Hakim adalah orang yang memutuskan perkara" terus kapan abak siding ?
insyaAllah hari senin.
Tidak terasa hari sudah sore aku pulang,
Pada hari Kamis saya izin lagi, hari ini saya langsung ke SD bertemu pak guru wali kelas 5, aku mau izin untuk ke kantor kejaksaan,
Kali ini aku berangkat ke sungai penuh ditemani oleh nenek (gaek) aku ajak Maya dan Yeni untuk bertemu jaksa penuntut umum Pada persidangan Abak,
Aku bawa kedua adikku menghadap Pak jaksa aku naik oplet ke sungai penuh, turun di terminal kemudian melanjutkan perjalanan ke kantor jaksa naik bendi,
Sampai di kantor jaksa gaek menunggu di depan
Pagar, Aku membawa adik masuk ke ruangan administrasi tempat aku minta surat izin, aku bertemu dengan pak admin yang aku jumpai kemarin, aku tidak ingat namanya, aku ingat beliau adalah orang siulak sungai batu gantih,
Beliau bertanya "Nak, kamu kenapa ke sini?"
Bapak sudah bilang kalau kunjungan kedua surat yang kemaren masih berlaku,
aku jawab:
"Aku tidak minta surat, Pak",
Lalu mau apa?
Aku ingin bertemu sama pak jaksa yang menyidangkan abak ku, oo baiklah bapak cari dulu,
Lalu beliau membuka sebuah buku agenda,
Oh ya... Nak jaksa yang mengidangkan abakmu adalah jaksa Pardede,
"Aku mau bertemu sama Pak jaksa Pardede"
Mari ... Bapak antar ke ruangan beliau,
Tok tok tok ... pintu diketok sambil mengecap salam,
Bapak Pardede membukakan pintu, lalu pak admin memperkenalkan saya.
Pak ini anak dari claen nya, yang akan siding hari senin.
Mari masuk nak,
Siapa namamu? Een Pak!,
Ini siapa?
Ini adikku namanya Yeni yang kecil ini namanya Maya.
Kenapa adiknya ikut?
Tidak ada yang jaganya di rumah makanya aku bawa ke sini,
Maaf ya pak saya mengganggu, saya ingin tanya.
Kapan bapak saya disidang?
Insya Allah Senin
Ada apa?
Saya mau minta tolong sama bapak, sekiranya hukuman bapak saya itu berat, Saya minta diringankan jika hukuman bapak saya itu ringan, tolong dihabiskan dan dibebaskan, karena hanya bapak adalah kepala keluarga, beliaulah yang bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan kami,
Nah... selama bapak dalam tahanan, ibu yang jualan dan saya yang mengurus adik dan ngurusin semuanya, sementara saya sekolah saya harus bawa adik ke sekolah dan pada waktu istirahat, Saya harus mengantarkan adik saya yang kecil ini ke pasar untuk mendapatkan ASI sama ibu,
Pak jaksa Pardede terdiam agak lama, lalu mengambil Maya dari gendongan ku, tanpa berkata apa-apa,
Maya digendong keluar ruangan, sambil mengusap kepala Maya, dan duduk di kursi, Kemudian memanggil Yenni, terus Yenni dipeluk berdua sama Maya,
beliau bertanya siapa namamu?
Aku yang jawab "Yenni, Pak"
Yeni rindu sama abak? Yenni mengangguk,
nanti bapak antar ketemu abak.
Kalau di rumah mainnya sama siapa?
adikku menjawab sama Uni dan Maya,
Yenni sayang sama uni?
Yenni mengangguk,
Yenni jangan nakal yaa!
Sambil gendong maya beliau bilang pada ku "bapak akan pelajari kasus abak mu, bapak akan membantu" InsyaAllah, tim kita akan memberi tuntutan yang seringan-ringannya.
Kamu doakan abak mu yaa! "iya pak"
sekarang kalian mau ketemu abak ?,
"iya pak"
Mari!... Bapak antar, naik mobil bapak yaa!
Beliau memanggil pak admin, naik mobil bersama kami, menuju lembaga pemasyarakatan.
Saya naik mobil sama Yeni duduk di kursi depan,
Maya di pangku sambil menyetir mobil sampai ke lembaga pemasyarakatan,
aku agak panic, karena tadi aku bilang berangkat sendiri, sementara ada nenek yang menunggu aku di luar pagar,
untung nenek melihat aku naik mobil, beliau langsung naik bendi menyusul kami,
tiba di lembaga pemasyarakatan kami langsung masuk ketemu abak, bermain sama abak, tak lama nenek datang, untung beliau bawa surat kunjungan.
Ketika kami asyik bermain, Pak jaksa ngobrol berdua sama abak agak jauh dari tempat kami, sekali-sekali melirik pada beliau berdua, aku melihat pak jaksa berapa kali menulis pada buku catatan, aku tidak tahu apa yang beliau tuliskan'
Kami di ajak ke rumah beliau di sungai penuh, di rumah ada istri, kami persilakan masuk, rumah yang tidak begitu besar tapi kelihatan mewah. Kami duduk di ruang tamu disuguhi teh hangat, tak lama setelah itu kami di ajak makan bersama, Selesai makan beliau suami istri mengantar kami pulang ke sulak.
Beliau membawakan oleh-oleh banyak sekali ada beras ada minyak goring, ikan sardencis, gula, roti dll
Aku ingat terus sampai sekarang, karena oleh-olehnya merupakan makanan yang mewah pada saat itu.
Sebelum pulang , beliau bilang sama Mak "mulai hari ini, Een menjadi anak angkat kami karena kami sudah 10 tahun menikah tapi belum diberi momongan" Een panggil kami ayah dan ibu,
Beliau bilang sama nenek " Een menjadi anak kami angkat kami dan ibu adalah ibu kami juga, tolong doakan kami ya bu ... Semoga Een punya adik buah hati kami berdua.
"kapan-kapan Een boleh ke rumah ayah, akhirnya beliau berdua pamit pulang, Kami bersalaman.
Jumat cerah penuh berkah, pulang sekolah aku ke sungai bersama ibu dan kedua adikku, mandi, nyuci nyuci piring.
Tiba-tiba saya dipanggil oleh teman-teman, mereka berteriak, .... Eeeen..abak mu pulang... Abak mu pulang,
Aku merasa tidak percaya, Mak! ... Een pulang yaa,
ku letakkan cucian ku yang belum selesai, Aku berlari pulang,
Dari kejauhan sudah terlihat ada mobil sedan parkir di depan rumah, Aku kenal mobil itu yang mengantar aku pulang kemarin, Hari ini beliau mengantar abak ku pulang,
Ternya benar, Abak Sudah menunggu aku di pintu,
Beliau langsung merangkul, memeluk dan mencium, aku sangat bahagia.
aku hampir lupa bahwa ayah angkatku, di sebelah.
Beliau mengantar aba pulang,
Lalu aku membalikkan badan dan bersalaman ,
Aku persilahkan beliau masuk rumah, lalu ku buatkan minuman teh hangat yang gula dan tehnya diberi kemarin, Aku menyajikan teh hangat dan ketupat sayur sisa jualan tadi pagi, aku Pamit mau menjemput ibu dan adikku di sungai.
Berkumpul di rumah yang sangat sederhana itu merupakan kebahagian keluarga kami.
Terima kasih banyak ya yah .. telah membantu abak, insya Allah Een akan mengabdi kepada Abak dan ayah sama emak dan ibu.
Aku sangat bahagia, sekarang aku punya 2 ayah dan 2 ibu.
Profil Pena: Oma Hera
Nama Lengkap: Helma Herawati, S.Pd, M.Pd
Alamat: Klampok Baru, Sendang Tirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta
Instansi: SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta
Motto Hidup : Hidup bukan tentang menunggu badai reda, tapi belajar menari di tengah hujan
![]() |
Gambar hanya pemanis |
Komentar
Posting Komentar