SEGENGGAM HARAPAN
SEGENGGAM HARAPAN
Liburan akhir
tahun aku selalu mudik ke kampung halaman ku, “Kerinci tanah syurga” itulah
julukan tanah kelahiran
ku, mudik kali ini hanya berdua dengan suami karna putra-putri kami tidak biasa
ikut, mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, setibanya di kampung ku,
kami istirahat di rumah tua milik orang tua ku, rumah yang penuh kenangan di
mana aku pernah bahagia bersama ayah, ibu dan adik2 ku tercinta,
Sore harinya kami
berjalan ke SD Siulak panjang tempat aku sekolah dulu, disini juga tempat
tinggal adik sepupuku Jonni, Ia menempati rumah dinas guru SD , Ia meneruskan
profesi ayahnya namun
ada perbedaannya, Ayah tinggal disini sebagai penjaga
sekolah kini Jonni
sebagai guru, aku bangga padanya,
Aku sangat senang bermain
di pekarangan sekolah, mengenang
masa indahku bersama teman-teman
waktu sekolah dulu, tak sengaja kaki ku melangkah
menuju pagar bagian belakang, mata ku tertuju pada sungai Batang Merao, sungai penuh kenangan, sungai batang merao adalah sungai yang
mengalir dari gunung kerinci ke danau kerinci yang terdapat di provinsi Jambi.
Kenangan 45 tahun
yang lalu disini aku sering bermain rumah-rumahan bersama teman –teman ku
(sudah kuceritakan pada efisode “Batang merao tak seindah dulu)
Batang Merao, sumber fb.Jonni |
*
Siulak Panjang desa
kelahiran ku, rumah kami tidak jauh dari sungai Batang Merao, aku tinggal
bersama ayah, ibu dan nenek.
Ayah aku panggil
abak, ibu aku panggil Mak, dan Nenek aku
panggil tino sesuai kebudayaan daerah
Kerinci.
Mak seorang ibu rumah tangga biasa yang
kesehariannya menyiapkan semua kebutuhan di rumah, sedangkan abak bekerja
sebagai petani merangkap sebagai pedagang kaki lima di pasar kalangan, dalam
bahasa kerinci disebut balai,
Abak berangkat ke balai
pada waktu pagi sebelum subuh, beliau membeli barang dagangan dari petani
seperti sayuran kentang, kubis, cabe dll lalu menjualnya secara eceran kepada
pembeli di pasar,
Abak
membuat meja jualan
dari kayu dan pondok beratap interpal, tempat duduk beralas karung atau plastik, setelah barang dagangan habis terjual abak
pulang dengan membawa belanjaan keperluan rumah tangga, kebutuhan dapur seperi
beras, minyak goreng serta peralatan lainnya.
Setiap hari Abak Berjualan
di balai kecuali Rabu dan Kamis karna
tidak ada balai yang dekat dengan tempat tinggal kami,
hari balai yang dekat itu hari Jum’at sampai selasa dengan tempat atau kampung
yang berbeda, Jum’at balai Sungai Tanduk, Sabtu balai Kersik Tuo, Ahad balai
Bedeng Lapan, Senin balai Siulak, dan Selasa balai Siulak Deras, begitu lah
kegiatan Abak setiap hari berangkat pagi pukul 5 subuh dan pulang nya pukul 5
sore.
Pada waktu libur sekolah aku sering di ajak ke balai
untuk membantu abak melayani pembeli, aku senang membantu abak berjualan di
balai, karena banyak makanan, ngemil terus seharian he he … Abak selalu
berpesan supaya aku rajin belajar dan kelak menjadi orang sukses, menjadi Pegawai
Negeri dan tidak lagi berjualan di pasar seperti Abak.
Hari Rabu dan
Kamis ini abak manfaatkan untuk bertani, menanam padi di sawah, lahan tempat
menanam padi ini merupakan tanah sawah sewaan dari penduduk kampung yang
memiliki sawah banyak, keuntungan dagangan abak gunakan untuk menyewa sawah dan
membayar upah pekerja dengan demikian abak memperoleh keuntungan yang berlipat
ganda hingga kehidupan kami lebih sejahtera, semua kebutuhan rumah tangga tercukupi, boleh
dikatakan tergolong ekonomi kelas menengah pada masanya.
**
Hidup sebagai anak
tunggal dengan segala keistimewan, selalu dimanja dan disayang oleh semua keluarga,
tidak lah cukup membuat aku bahagia, aku merasa kebahagiaan yang pernah ku rasakan
dulu ketika adik ku masih ada kini telah hilang begitu saja, adik pertama ku Nendralita
meninggal dunia pada
usia 3 tahun, setelah itu lahir adik ke-2 ku Itisrayanti juga meninggal pada
usia 3 tahun.
Sejak itu aku
terasa sepi, aku ingin punya adik lagi, aku merindukan seorang adik sebagai
teman dalam hidup ku, aku bermain dengan teman-teman seumuran ku, namun aku
tidak sebahagia mereka, apalagi ketika melihat kawan-kawan bersanda gurau
bersama adiknya tentu aku jadi ingat sama adik-adik ku, rasa rindu yang amat
dalam ini membuat aku menjadi anak yang pendiam dan suka murung.
Aku sering
mengurung diri di rumah tidak ada TV tidak ada HP jadi waktu aku abiskan untuk
membaca buku, buku pelajaran, buku cerita, majalah dll yang aku pinjam di
perpustaan sekolah, hingga aku dijuluki si kutu buku,
***
Selain dijuluki “kutu
buku”, aku sering disebut anak malang, anak membawa sial, entah dari mana
keluargaku mendapatkan istilah itu, aku dikatakan sial/malang punya adik, setiap
punya adik meninggal pada usia 3 tanun, sebutan itu membuat aku sangat sedih
dan merasa terpukul sedangkan aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya diam bila di ejek teman.
Pada malam hari
saat aku sedang belajar, mengerjakan tugas- tugas sekolah (PR) dibimbing abak,
setelah selesai tugas ku, mak mengajak ngobrol dari hati ke hati,
En...! apa kamu
ingin punya adik lagi? Spontan aku jawab “Ya”
Apa Een ... mau
ikut abak berobat ? Supaya punya adik lagi.
Tentu saja aku
mau,
Harapan dan
semangat yang membara.
****
Besok Malam nya
aku di ajak abak ke rumah orang pintar/dukun kampung, namanya Nduk cik awaa.
Di rumah nduk cik awaa itu banyak orang berobat dengan
berbagai penyakit atau curhat dengan segala persoalan kehidupan, termasuk abak
dan mak mengutarakan maksudnya. Sekalian menyerahkan beras jikat sebagai
syaratnya.
Setelah antri agak
lama, aku di panggil duduk paling depan, ku lihat mulut nduk cik awaa itu komat
kamit membaca mantra. Setelah itu beliau sarankan aku mandi balimau di tengah
malam, antara malam dengan siang, dengan berbagai macam persyaratan lainnya yaitu:
mandi di sungai pukul 03.00 wib, antara malam dengan siang, tempatnya di sungai yang air nya mengalir
deras, mandi dengan berpakaian, terus baju dan semua pakai itu harus di hanyutkan
untuk membuang sial dari tubuhku, tanpa berpikir panjang tentang apa akibatnya,
aku langsung menyetujui persyaratan tersebut, tentu saja dengan sejuta harapan
Kami pun menunggu
waktu yang di tentukan itu, aku berjalan penuh semangat menuju sungai batang
merao yang berada sekitar 300 m dari rumah kami, malam gelap menjadi terang
karana di sinari cahaya bulan purnama dan cahaya obor yang terbuat dari bambu
dan isi minyak tanah, suhu udara sekitar 15 derajat tentu saja malam terasa
sangat dingin namun niat ku yang tulus ingin punya adik lagi mengalahkan hawa
dingin di tengah malam buta, semangat ku yang kuat mengalahkan tajamnya kerikil
dan bebatuan di jalan menuju tepian tempat mandi dan Mandi
bawah sinar bulan purnama membuat diri ini jadi bersemangat dan berbahagia.
*****
Setahun kemudian
Allah telah mengabulkan doa ku, aku sangat bahagia di anugrahi seorang adik perempuan
yang cantik, gemuk putih dan imut-imut namanya Yenni la laura aku memanngilnya La.
Nama itu terinspirasi dari tokoh
drama
korea dimana Laura adalah seorang putri
raja yang sangat pintar,
cantik dan baik hati, suka menolong rakyat yang
sedang kesusahan, harapan ku adikku Laura tumbuh seperti tokoh idolaku.
Kini aku tak
sendiri lagi, aku memiliki teman kecil yang lucu, aku sangat bahagia, Allah
berikan aku adik yang cantik namun allah juga titipkan tugas yang berat kepada
ku, begitu adik ku lahir Mak sakit berkepanjangan, selama 2 tahun, Mak terkena penyakit baby bluest, sejak itu ekonami keluarga kami mulai menurun
karna penyakit mak membutuhkan biaya yang banyak.
Usia ku 8,5 tahun
baru duduk di kelas 3 SD namun tugasku seperti orang dewasa, mungkin ini yang
sering aku dengar orang menyebut “Dewasa itu karena keadaan”, Aku mengurusi
segala keperluan Laura karna Mak dalam keadaan sakit jiwa, seperti mencuci
pakaian bayi, membuat susu dll, aku bangun pukul 5 pagi, mulai aktivitas mencuci
pakaian bayi dan mandi di sungai batang merao, kadang masih terasa mengantuk
tapi aku harus mengurus keperluan adikku, berjalan menuju tepian tempat mandi
aku membawa keranjang pakaian bayi untuk di cuci, maklum waktu itu belum ada
mesin cuci dan belum ada pempes bayi, kalau bayi pipis dan bab selalu menggunakan popok atau
kain sarung lusuh yang di sobek menjadi beberapa bagian, dan harus di cuci dan
dijemur secara manual, selasai mencuci
aku menjemur pakaian bayi di pulau atau bebatuan di pinggir sungai, lalu mandi
dan pulang,
Tiba di rumah aku
sholat subuh terus memasak nasi untuk makan kami ber tiga, aku mak dan nenek, sementara
Abak sudah berangkat kerja.
Sambil memasak
nasi aku mengambil air tajin untuk makanan tambahan buat adik ku laura, karena
mak dalam kondisi sakit tentu asi nya tidak memuaskan bagi adik bayi yang baru
lahir, tidak memberi rasa kenyang jadi setiap masak nasi aku mengisihkan air
tajin nya, Air tajin di tambah gula pasir dan garam secukupnya, sebagai asupan
gizi buat adik ku, waktu itu belum ada susu formula seperti sekarang, di daerah
lain mungkin sudah ada, tapi didaerah kami belum tersedia. Mengingat waktu yang singkat, aku harus berangkat ke
sekolah, jadi aku hanya menanak nasi sedangkan sambal
sayur dan lauk pauk lain nya di masak oleh nenek, atau abak jika beliau sempat,
Selain itu nenek
menjaga mak, memenuhi kebutuhan mak, karena mak tidak bisa mengurus diri
sendiri,seperti makan, minum berganti pakaian ini semua di bantu nenek kadang dibantu oleh mak andak/ kakak mak, itu kalua beliau
sempat.
Pada sore kegiatan
ku menggangkat jemuran di pulau jika cuaca cerah tapi kalau terjadi hujan pada jam sekolah aku harus izin sama guru yang
mengajar dan berlari ke pulau di pinggir sungai untuk mengangkat jemuran itu.
Tugas ini begitu
berat bagi anak seusia ku, namun setelah ku jalani tugas ini terasa nikmat dan
ringan “Dia tidak berat,dia saudara ku, dia adik ku yang sangat aku dambakan.
*****
Ibu ku terkena
penyakit baby blues, di kampung ku orang menyebutnya keno manyou, Baby blues
syndrome adalah perasaan yang sangat sedih di hari-hari setelah bayi lahir ada
juga yang menyatakan bahwa Baby blues adalah bentuk ringan dari depresi dan
gangguan kecemasan yang terjadi pada masa-masa awal pasca-persalinan seperti
yang kita ketahui gejala dari Baby blues adalah sbb:
Bunda akan menangis tanpa alasan yang
jelas,
Bunda merasa mudah kesal,
Cepat merasa lelah,
Hilangnya atau tidak memiliki rasa percaya
diri,
Bunda akan mudah tersinggung,
Bunda akan sulit untuk istirahat,
Dampaknya, Bunda akan enggan untuk
memperhatikan si kecil bahkan sampai menyakiti bayinya.
Baby blues
syndrome adalah perasaan yang sangat sedih di hari-hari setelah bayi lahir dan
itu sangat normal tetapi hal yang dialami oleh mak lebih buruk dari apa yang
sebutkan sebagai gejala penyakit baby blues, mak
sering menangis tanpa alasan yang jelas, menjerit, meraung-raung meratapi
dirinya, mak mudah kesal dan Cepat merasa lelah serta marah-marah bahkan
menyakiti diri nya sendiri juga
menyakiti Laura, orang kampung menyebutnya kno manyou gilo.
*****
Pulang sekolah aku
disuruh nenek memanggil tino ramli, beliau dukun kampung yg membantu proses
persalinan Mak,
km berdiskusi tentang cara
pengobatan Mak, beliau mengebutkan bermacam-macam jenis
tanaman yang bisa untuk obat mak, obat ada yang di mandikan seperti jeruk purut,
jeruk kunci, limau kapae, limau padang, dll ini untuk mandi,
Kemudian ada lagi
obat untuk di isap seperti rokok
dari kuliat jagung kering yang di isi dengan daun bunga selasih merah, daun cabe rawit dan banyak lagi ramuan yang lainnya,
aku berusaha mencari obat herbal untuk mak, ramuan obat-obatan itu ada di
kampung sebelah namanya talang aro, desa ini disebut talang arti nya tempat
berkebun pada zaman itu, aku berjalan kaki sejauh 10 km melewati area
persawahan yang luas,
Pada hari minggu aku
pergi bersama nenek, sebelum berangkat ku menitipkan
adik pada tetangga sebelah rumah yaitu Tino Katib, aku sangat
bersyukur Tino
Katib
nenek yang baik hati mau mengasuh adikku seharian, sementara mak di jaga oleh
kakaknya/ Mak andak
Bersama nenek kami
berangkat dari rumah pada puluk 07,00 wib, kami mulai menelusuri desa demi desa
dengan rute keliling kampung, siulak panjang, dusun baru, pasar senin, tutung
bungkuk, koto rendah, batang yilawang, talang lebung, talang aro dan kembali ke
siulak panjang,
Mata hari sudah
mulai condong ke arah barat namun kami baru mendapatkan sebagian ramuan
obat-obatan itu, kami istirahat duduk di pinggir jalan, tiba –tiba Nenek
berkata, En... kamu pulang duluan, biar nenek yang melanjutkan mencari obat
untuk mak, awal nya aku merasa takut jalan sendirian dari talang aro ke rumah, melewati jalan setapak sekitar 3 kilo
meter pada area persawahan yang sangat
luas, aku takut karena jalan
masih sepi, apa lagi di sana ada pak yani beliau itu orang
gila yang sering mengejar anak kecil tapi aku mikir adik
ku Laura
mungkin dia sudah
lapar, adik ku mungkin belum mandi karena aku sangat sayang sama adik ku laura, aku nekat pulang sendiri, meskipun apa yang
terjadi, akhirnya ku buang rasa takut itu demi adik ku tersayang, setelah
berpamitan sama nenek aku baca Bismillahirahmanirahim .... berlari sendirian.
jalan setapak di sawah yg luas |
*****
Bel sekolah
berbunyi 3x menandakan waktu istirahat telah usai, semua siswa berlarian
memasuki ruang kelas, aku berjalan santai menuju bangku
tempat duduk, belum sempat menduduki kursi itu kawan-kawan ku ramai berteriak memanggil nama
ku ... hel ... heeellll adik mu ... adik muu...
Reflek saja aku
berlari menghampiri kawan-kawan,
aku bertanya pada Titi, ada apa tii?... ada apa dengan adik
ku?
Titi dan surida menjawab, adik
mu laura di benam-benamkan oleh Mak
mu kesungai ... mendengar itu aku langsung berlari menuju tepian tempat mandi
yaitu sungai batang merao yang mengalir deras di belakang gedung sekolah ku,
Aku berlari
diikuti oleh semua teman sekelas ku termasuk ibu Rosnidar, beliau guru kelas 3 wali kelas
ku, sampai di tepian tempat mandi,
ku
lihat laura sudah digendong oleh tino katib, lalu ku ambil laura ku cium dan peluk sangat erat, ia
pun tersenyum dalam dekapan ku, senyum nya itu dalah harapan ku,
Bu guru ku
menawarkan jasa, beliau membantu ku mengendong Laura, beliau bilang “sini ibuk
gendong, hel beresin barang2nya dan antar mak pulang, terus nduk cik laini juga
menawarkan jasa, hel kesekolah saja, Mak biar nduk cik yang antar pulang, setelah mengucapkan
terima kasih pada semua orang, laura kami ke sekolah.
Mendenger info
dari warga yg ada di tempat itu ternyata mak dalam keadaan tidak sadarkan diri,
lalu laura yang baru berusia 3 bulan itu
di mandikan oleh mak dengan cara yang tidak wajar, berkali-kali kepalanya di benamkan
ke sungai, searah dengan arus air yang mengalir di sungai,
Mak terlepas dari pengawasan
tino karena tino sedang menjemur padi,
Alhamdullah ...aku
sangat bersyukur allah telah menyelamatkan adikku dan ibu ku. Sejak kejadian
itu aku tidak pernah meninggalkan adik ku bersama mak, kemanapun aku pergi
laura tetap aku bawa, dengan sendirinya adik menjadi tanggung jawab ku
sepenuhnya, sedangkan mak di urus oleh tino dan keluarga lainnya yang rela membantu,
sementara abak bertanggung jawab memenuhi
kebutuhan keuangan keluarga
*****
Delapan bulan
sudah berlalu, Laura kini sudah pandai duduk, dan sudah bisa di ajak ngomong
dan bercakap-cakap walau pun suaranya
belum jelas terdengar huruf vokalnya namun aku mengerti dan memahami bahasa adik kecilku,
Pagi-pagi sekali
aku sudah siap untuk berangkat
kesekolah, sambil bersiap untuk diri ku sendiri aku juga senyiapkan
barang-barang keperluan adik ku, baju dan cela ganti serta susu dan kain
gendongan, aku mengajak adik ku ...
Laa.. kamu ikut uni ke sekolah yaa?
Tino mau pergi mencari
obat untuk Mak,
supaya mak kita cepat sembuh yaa dek yaa ?
Laura pun mengganggukkan
kepalanya serta menggangkat ke dua tangannya minta di gendong,
Lalu aku sandang
tas sekolah ku dan ku gendong adik kesayangan ku langsung berangkat ke sekolah.
Di sekolah etek Iluf
beliau adalah adik kandung abak yang tinggal di perumahan SD, suami beliau (pak etek) penjaga SD. (tentang beliau akan
aku cerita pada efiside yang lain)
Bel sekolah tanda
masuk sudah berbunyi, teman-teman bersiap-siap untuk berbaris di lapangan
upacara untuk apel pagi, sementara aku masih bermain bersama adikku di rumah
etek dalam pekarangan sekolah, aku menitipkan laura sama etek selama aku masuk
kelas untuk mengikuti pelajaran, setiap jam istirahat aku dan teman bermain
dengan laura sampai masuk Kembali ke kelas,
nanti setelah jam
pelajaran usai laura ku gendong
pulang ke rumah,
Begitulah rutinitas
ku kecuali hari senin, pada hari senin
laura di jaga oleh tino dan mak ndak (kakak Mak) karena hari senin adalah hari
pasar, tino dan mak andak ada di rumah alias libur tidak ke sawah atau ke
kebun,
*****
Empat belas bulan
sudah berlalu kondisi mak sudah mulai membaik, beliau sudah bisa mengurus
keperluan pribadi dan adik ku laura tumbuh
menjadi BATITA yang sehat, gemuk dan lucu namun ada suatu hal yang menganjal di hati, adik ku sudah berusia 14 bulan
tetapi belum bisa berdiri, jika ingin bergerak mengambil sesuatu dia hanya bergeser,
Mengeser badan dengan cara ngesot, ini
membuat aku berpikir,
mengapa anak-anak yang seumuran laura sudah dapat
berjalan sementara laura belum bisa berdiri,
Mulailah mencari
obat untuk Laura supaya laura dapat berjalan seperti anak-anak yang lain,
kesana-kemari aku bertanya pada orang yang tau, orang yang lebih tua, berbeda
tempat bertanya tentu berbeda pula jawaban sesuai dengan pengetahuan dan
pengalamannya masing-masing.
Segala yang disarankan
pada ku semuanya aku lakukan demi adik ku semata wayang. Waktu laura bayi aku
selalu mengambil air tajin untuk minumannya sebagai pengganti ASI tapi sekarang laura sudah
berusia 14 bulan dan belum bisa berdiri, tetangga menyarankan supaya kaki nya di
pijat atau di urut dengan menggunakan air tajin dan kegiatan ini aku lakukan
secara rutin setiap pagi sebelum aku berangkat kesekolah,
selain itu ada
yang menyarankan agar laura di mandikan dengan air rebusan ramuan tradisional,
seperti batang srai, batang temilu,batang laos, daun temu lawak daun kunyit
melai, daun pandan usang, daun jeruk purut, dll
Pulang sekolah aku
berjalan keliling kampung mencarikan ramuan tradisional seperti yang disebutkan
itu, setelah terkumpul semuanya aku rebus dalam periuk dan sambil menunggu
airnya agak dingin atau hangat-hangat kuku aku siapkan perlengkapan mandi sekalian
baju ganti adikku, sekarang mak sudah sembuh dan sudah memandikan adik ku,
allamdulillah ...
Setiap hari kami
sekeluarga berusaha melatih laura untuk berdiri dan berjalan, kakinya
lecut-lecut dengan bunga sepingen, rumput sipengen ini termasuk jenis tanyaman
hias tapi jarang di budidayakan, daun dan bunga nya paling ringan diantara
semua tangaman.
Kegiatan ini aku
lakukan secara rutin selama 4 bulan, akhirnya laura bias berjalan pada usia dua tahun,
Alhamdullillah …
Tidak ada doa yang
tertolak dan tidak ada usaha yang sia-sia.
Berkat doa,
ikhtiar kita berhasil.
Berkat kesabaran usaha kita berbuah manis,
Mak sudah sembuh dan laura
bisa usia
dua tahun,
Aku bahagia sekali melihat adik ku Laura
sudah
bisa berjalan, berlari,
bermain dengan teman-teman sebayanya,
Semoga adik ku
sehat-sehat selalu hingga kita menua bersama, menjadi nenek-nenek kebanggaan
keluarga.
Yogyakarta,
13 Januari 2024
Penulis
Oma
Hera
Komentar
Posting Komentar